Salah
<!–td {border: 1px solid #cccccc;}br {mso-data-placement:same-cell;}–>ourkitchenandbath
satu alasan mengapa sutradara muda Indonesia mendapatkan pujian internasional adalah karena mereka berhasil menciptakan karya yang tidak hanya berkualitas dari segi teknis, tetapi juga kaya akan nilai budaya dan tradisi lokal. Mereka berhasil mengangkat kekayaan budaya Indonesia dalam film-film mereka, namun dengan cara yang tetap relevan dan dapat diterima oleh penonton global.
Misalnya, film “Siti” (2014) karya sutradara Eddy Cahyono yang berhasil mengangkat cerita tentang perjuangan seorang perempuan dalam menjalani kehidupan yang keras. Meskipun berlatar belakang kehidupan di Indonesia, tema yang diangkat bisa dirasakan oleh siapa saja, karena berkaitan dengan isu universal seperti ketidakadilan sosial dan kesulitan hidup. Film ini berhasil mengundang perhatian internasional karena penggambaran yang realistis tentang kehidupan masyarakat kelas bawah di Indonesia.
Para sutradara muda ini mampu menampilkan Indonesia dengan cara yang berbeda, menjauh dari klise yang seringkali dikaitkan dengan film-film nasionalis atau propaganda. Mereka lebih fokus pada kompleksitas manusia dan masalah sosial yang bisa dialami oleh siapa saja di belahan dunia manapun. Hal ini yang membuat film-film Indonesia kini lebih mudah diterima oleh pasar internasional.